Selasa, Maret 3

buletin edisi 18

Obama menang
Penjajahan AS Takkan Berubah

Dunia Barat termasuk dunia Islam menyambut dengan gembira terpilihnya Barack Obama sebagai presiden ke 44 Amerika Serikat. Kebencian terhadap Bush dan ketidak populeran kebijakan Amerika selama 8 tahun dibawah pimpinannya sangat merusak citra amerika dimata dunia. Banyak harapan bahwa Obama akan menyelamatkan Amerika Serikat dan membawa perubahan yang besar terhadap dunia termasuk juga dengan dunia islam.
Begitupula kalau kita melihat di negara ini, berbagai kalangan mulai dari rakyat biasa, para akademisi, selebritis, pengusaha, bahkan para elit politik kita juga berpendapat yang sama yaitu menaruh banyak harapan positif terhadap obama. Hal ini dipicu oleh dua hal. Pertama, faktor historisitas karena Obama pernah tinggal di Indonesia dan memiliki orang tua tiri orang Indonesia. Ada faktor nostalgia. Kedua,

faktor harapan. Ini adalah harapan yang bisa dibilang wajar yaitu mudah-mudahan dengan pemimpin baru amerikaakan bersikap ramah terhadap indonesia.
Benarkah akan begitu??
Sikap Obama terhadap dunia Islam dalam kampanye pemilu kemarin sudah jelas. Dalam sebuah acara yang disponsori oleh Kedutaan Besar Israel di Washington untuk menghormati hari jadi negara Israel yang ke-60 Obama mengatakan “Saya berjanji kepada Anda bahwa saya akan melakukan apapun yang saya bisa dalam kapasitas apapun untuk tidak hanya menjamin kemanan Israel tapi juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa maju dan makmur dan mewujudkan banyak mimpi yang dibuat 60 tahun lalu,”.
Sikapnya terhadap Hamas juga tidak berbeda dengan presiden Bush. “Saya sudah mengatakan bahwa mereka adalah organisasi teroris, yang tidak boleh kita ajak negosiasi kecuali jika mereka mengakui Israel, meninggalkan kekerasan, dan kecuali mereka mau diam oleh perjanjian sebelumnya antara Palestina dan Israel.
Walaupun memang Obama mendeklarasikan akan menarik pasukan AS dari Irak, tapi mengirimnya ke Afghanistan. Artinya, Obama akan tetap melanjutkan pembantaian brutal tidak berprikemanusiaan terhadap negeri Islam itu. Obama pun berjanji akan selalu berada di pihak Israel untuk memerangi dan membantai umat Islam di Palestina. Jadi Dimanakah letak perubahan ‘yang sesungguhnya’ dari kebijakan-kebijakan Bush?
Lantas bagaimana sebenarnya politik luar negeri Amerika kedepan dibawah obama?
Syekh Taqiyuddin dalam Mafâhîm Siyâsiyah li Hizb at-Tahrîr telah membuat klasifikasi tentang politik luar negeri negara-negara yang menganut sebuah ideologi. Beliau mengatakan bahwa dalam sebuah idelogi terdapat fikrah atau ide dasar yang mendasari politik luar negeri sebuah negara, thariqah berupa metode baku untuk mewujudkan fikrah tersebut, al-khiththah as-siyâsiyah yakni garis politik berupa grand strategi kebijakan politik, dan al-uslûb as-siyâsî yakni strategi praktis/cara untuk mengimplementasikan garis politik tadi.
Dalam Negara kapitalis, fikrah (ide) pokok yang mendasari politiknya tentu saja adalah kapitalisme. Sementara metode baku atau thariqah politik luar negerinya adalah penjajahan (al-isti’mâr). Disamping itu, ada al-khiththah as-siyâsiyah atau garis politik berupa grand strategi politik yang bisa berubah-ubah sesuai dengan kepentingannya. Kemudian ada juga uslub politik atau cara-cara yang bersifat lebih aplikatif dan juga sering berubah tergantung situasi.
Salah satu yang harus kita pahami, AS adalah negara adi daya yang mendasarkan dirinya pada ideologi Kapitalisme. Bisa dikatakan Kapitalisme inilah ‘nyawa’nya Amerika Serikat. Maka metode baku politik luar negeri Amerika Serikat adalah penjajahan. Meski bentuknya bisa bermacam-macam, bisa ekonomi, politik, militer, sampai budaya, tapi intinya tetap penjajahan berupa hegemoni.
Nah, karena itu kalau dilihat dari tujuan, politik luar negeri AS pastilah tetap dalam rangka untuk menyebarluaskan dan memapankan ideologi Kapitalisme beserta ide-ide turunannya seperti dibidang politik, liberalisme, demokrasi dan pluralisme akan tetap menjadi ‘bahan jualan’ utama AS. Sementara dalam bidang ekonomi, AS akan tetap mengokohkan ekonomi kapitalisme dengan pilar-pilar perdagangan bebas, privatisasi dan dominasi dolar dalam mata uang dunia. Inilah yang menjadi kepentingan nasional Amerika Serikat dalam politik luar negerinya.
Wahasil, Seseorang tidak akan pernah merubah segala permasalahan sistemik dari sebuah negara, seberapa baikpun dia berikrar untuk melakukan hal itu. Amerika adalah sebuah negara kapitalis dengan seperangkat kebijakan luar negeri kapitalis yakni untuk menjajah negara-negara lain. Dengan cara itulah, negara itu senantiasa mencari cara untuk mempertahankan dominasinya di Dunia Islam dan terus melanjutkan agenda eksploitasi kapitalisnya. Presiden boleh datang dan pergi, tapi prinsip penjajahan mereka tidak akan berubah. tidak akan ada perubahan yang benar-benar nyata (real change).”
Jadi dengan kemenangan obama dari partai demokrat, perubahan yang mungkin adalah dalam level uslub/cara atau strategi praktis politiknya. Secara umum partai Demokrat untuk waktu dekat ini akan lebih mendorong uslup/cara yang soft power seperti diplomasi dan bantuan ekonomi, dari pada hard power seperti kekuatan militer. AS mungkin akan lebih mengedepankan kebijakan yang multilateral dengan melibatkan lebih banyak negara di dunia atau kawasan untuk lebih berpartisipasi. AS juga akan lebih banyak melibatkan organisasi internasional maupun regional.
Apakah itu berarti ancaman bahaya soft power ini sama dengan hard power?
Dilihat dari tujuannya yang sama-sama untuk penjajahan, ya sama bahayanya. Bahkan soft power itu jauh lebih berbahaya, karena penjajahan terjadi sementara pihak yang dijajah merasa diberi bantuan. Artinya, soft power juga dilakukan dalam rangka melanggengkan penjajahan AS. Dalam prinsip kapitalis kita kenal no free lunch, tidak ada makan siang yang gratis. Jadi sebenarnya soft power AS hanya gincu saja untuk menutupi agenda jahatnya. Kalau kita lihat contoh nyatanya di indonesia ini, agar tampak manis AS memberi bantuan 300 juta US dolar. Tapi melalui penguasaan Cepu, Natuna, Freeport, Caltex Riau, Newmont, dsb, AS mendapat ratusan miliar dolar. Karena itu, segala bentuk bantuan asing apapun bentuknya, seharusnya ditolak. Karena itu menerima bantuan asing dari negara penjajah apapun bentuknya adalah bunuh diri secara politis.
Kecendrungan kebijakan Soft power inilah yang akan dilakukan AS, tapi itupun kalau masih ampuh untuk merealisasikan tujuan politiknya. kalau tidak ampuh lagi maka pilihannya harus dengan serangan militer, tidak perduli Demokrat maupun Republik sama saja, yakni akan menggunakan serangan militer.
Dalam sejarah politisi partai Demokrat tidak kalah buasnya dalam masalah perang. Keterlibatan AS dalam perang Dunia I terjadi saat negara itu dipimpin oleh Woodrow Wilson dari Partai Demokrat. Demikian juga saat terlibat dalam perang dunia ke II, AS dipimpin oleh politisi Demokrat, Franklin D Rosevelt. Harry Truman dari Demokrat lah yang mengambil kebijakan untuk menjatuhkan bom atom di Hiroshima yang membunuh ratusan ribu rakyat sipil. Dan kebijakan terlibat dalam perang Korea. Lyndon B Jhonson juga dari Demokrat membuat kebijakan AS untuk menyerang Vietnam. Artinya jalan perang akan tetap dipilih AS, baik yang berkuasa Demokrat atau Republik, kalau itu dianggap dapat merealisasikan kepentingan politik luar negerinya.
Lantas apa yang harus dilakukan oleh kaum muslim untuk menghentikan imperialisme AS itu ?
Sebenarnya kita umat islam punya sebuah potensi yang sangat luar biasa untuk meraih kemulyaan jjika kita mau melakukan perubahan. Akan tetapi Perubahan mendasar dunia Islam tidak akan muncul karena individu orang lain, tapi datang ketika kaum muslim di dunia kembali kepada Islam. Yaitu kembali kepada keyakinan idei-ide politik Islam dan mendirikan kembali Kekhilafahan Islam: sebuah sistim yang bertanggung jawab, adil, tertutup bagi manipulasi, yang meletakkan kaum duafa dan lemah di pusat sistim ekonominya, dan yang akan mempertahankan tanahnya dari pendudukan dan eksploitasi.
Perubahan itu bukan pula muncul dari sekedar terjadi krisis akibat kegagalan system Kapitalis. Perubahan akan terjadi kalau keimanan individual seorang muslim tidak berhenti pada keimanan yang individual dan spiritual (al-aqidah ar ruhiyah). Tapi menjadi keimanan yang sifatnya politik (al-aqidah as siyasiyah). Keimanan yang mendorong seorang muslim untuk taat kepada Allah SWT secara totalitas. Keimanan yang totalitas inilah yang kemudian mendorong umat Islam untuk menegakkan kembali Khilafah Islam.
Umat Islam butuh kekuatan politik riil yang secara ideologis dan praksis bisa mengimbangi kekuatan AS, dan itu tidak ada pilihan lain kecuali Khilafah Islam. Pilihan kaum muslim sekarang tinggal dua: pertama tetap dibawah penjajahan AS dengan merelakan pembunuhan terhadap umat Islam yang dilakukan oleh AS dan eksploitasi kekayaan alamnya, Atau yang kedua umat Islam bersatu dibawah naungan Khilafah yang akan membebaskan umat Islam dari penjajahan. Sekarang terserah kita mau milih yang mana. Tentu sebagai seorang muslim sejati akan menjatuhkan pilihannya kepada yang kedua. []

0 komentar:

Posting Komentar

teriakan suaramu disini!

Silaturahim

TERIAKANMU!!

Mengenai Saya

Foto saya
Secangkir kopi panas revolusi!

FEED

Copyright 2009 | magazineform Theme by templatemodif | supported by grafisae