Selasa, Maret 3

buletin edisi 15

100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL
IDENTIK DENGAN KEBANGKRUTAN

Sejarah menulis bahwa kebangkitan nasional, dalam arti munculnya kesadaran untuk bangkit merdeka melawan penjajahan, dilakukan oleh sebuah organisasi kecil yang bernama Budi Oetomo. 20 Mei terlanjur diakui sebagai hari kebangkitan nasional dan proses reproduksi atas pengakuan tersebut tetap berjalan karena mendapat legitimasi yang lebih dari pembelajaran tekstual sejarah kebangsaan selama ini.
Benarkah demikian? Jauh sebelum Budi Oetomo, sesungguhnya telah berdiri Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian menjadi Syarikat Islam (SI) di bawah kepemimpinan HOS Cokroaminoto. Gerakan ini berskala nasional. Tercatat

di 18 wilayah di seluruh Indonesia. Tujuan perjuangannya juga tegas. Mengusir penjajah dengan semangat Islam. Tapi dalam pentas sejarah, itu semua tidak disebut. Mengapa? Adakah penyimpangan sejarah yang dilakukan secara sengaja untuk menutupi peran Islam dalam kebangkitan nasional? Dimana sebenarnya peran Islam dalam sejarah kebangkitan Indonesia?
Situs eramuslim.com sekurangnya sudah tiga kali memuat tentang organisasi Boedhi Oetomo (BO) dan memaparkan bahwa organisasi ini sama sekali tidak berhak dijadikan tonggak kebangkitan nasional karena BO sama sekali tidak pernah mencita-citakan kemerdekaan, pro-penjajahan yang dilakukan Belanda, dan banyak tokohnya anggota aktif Freemasonry yang merupakan organisasi pendahulu dari Zionisme. Seharusnya, tonggak kebangkitan nasional disematkan pada momentum berdirinya organisasi Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam (SI) pada tahun 1905, tiga tahun sebelum BO.
Sebab itu, agar kita lagi-lagi tidak salah menganggap tahun 2008 ini sebagai Momentum 1 Abad Kebangkitan Nasional, makaperlu kita luruskan pemahaman sejarah agar kebenaran tetaplah kebenaran, dan sama sekali tidak akan goyah walau dengan alasan politis sekali pun. Sejarah adalah History, bukan His-Story!
Penghinaan Terhadap Perjuangan Umat Islam
Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam.
KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924 menegaskan“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekaan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya.
Mengungkap penyimpangan sejarah, memang kita harus prihatin dengan penetapan 20 mei 1908 berdirinya budi utomo sebagai hari kebangkitan nasional(HKN). Tetapi persoalan umat Islam di indonesia tak sekedar kekacauan dalam penetapan hari kebangkitan, karena peringatan hari-hari yang lain juga banyak bermasalah ditinjau dari awal mula hari itu, dari hari kartini, hari pendidikan nasional, hari buruh, hari kesaktian pancasila, hari AIDS, hari ibu dan banyak lagi. Itu baru dari segi hari, apalagi jika dilihat dari segi kondisi real rakyat hari ini seperti kemelaratan, perusakan akidah, peracunan pemikiran Barat dll.
Kondisi sekarang
Seabad sudah tonggak cita-cita bangsa ditancapkan dan panji-panji kebangkitan dikibarkan. Namun, nyatanya realitas hari ini tidak sesuai dengan harapan. Berbagai bencana dan krisis silih berganti menyapa bangsa Indonesia. Muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan hal ini terjadi pada Indonesia, sebuah negara besar dengan penduduk yang banyak pula. Kebangkitan bangsa yang dimanifestasikan seabad silam masih jauh panggang dari api. Yang ada adalah kebangkrutan bangsa karena banyaknya komprador-komprador asing dan antek-antek kapitalis yang menggerogoti kekayaan bumi Indonesia. Hutan dijarah, tanah digali. Hasilnya diangkut ke luar negeri. Di tengah kesulitan hidup yang kian melilit rakyat, di tengah kemiskinan yang kian menjadi, di tengah keputus-asaan rakyat banyak yang kian membuncah, di tengah himpitan kemelaratan, di tengah pesta korupsi dan mark-up anggaran negara yang dilakukan para pejabat negara, Para elit malah berpesta pora. Jika salah satu syair dari Taufiq Ismail berjudul “Malu Aku Jadi Orang Indonesia’, maka sekarang ini judul syair tersebut bertambah relevan. Betapa memalukannya sebuah bangsa yang katanya sudah seabad merayakan hari kebangkitannya ternyata masih saja berada pada kondisi kebangkrutan.
Inilah realitas kebangkrutan bangsa hari ini. Bangsa Indonesia telah lama mengidap penyakit akut tidak mandiri dan tidak percaya diri. Semua selalu bergantung kepada asing, yang pada akhirnya rakyat jualah yang ditimpa seribu kemalangan.
Pada dasarnya setiap rakyat Indonesia memang ingin negeri ini bangkit dan berkembang lebih maju dari yang ada sekarang. Soalnya adalah bagaimana kebangkitan itu bisa diraih? Jalan apa yang harus ditempuh? Apa yang semestinya menjadi landasan untuk bangkit? Dan, sebenarnya kebangkitan seperti apa yang diinginkan, serta bagaimana evaluasi terhadap segala usaha yang telah ditempuh selama ini guna membawa negara ini menuju kebangkitan?
Melihat Akar masalah
Keterpurukan bangsa ini bukanlah semata karena kelemahan kita bangsa indonesia, akan tetapi juga merupakan agenda para kafir penjajah yang memang menginginkan kita selalu berada dalam keterbelakangan. Hal ini mereka lakukan agar kepentingan mereka dinegeri ini dapat berjalan mulus yaitu mengeruk kekayaan bangsa ini. Dengan berbagai cara mereka melakukan penjajahan. Armahedi Mahzar, seorang futurology Islam Indonesia dari ITB, dalam bukunya Revolusi Integralisme Islam, pernah menyatakan terdapat tiga bentuk penjajahan: pertama menggunakan senjata untuk menduduki wilayah-wilayah fisik pada era kebudayaan lisan dan tulisan; kedua dengan ekonomi dan ideologi untuk menguasai perilaku dan kesadaran manusia dalam era kebudayaan cetak; ketiga adalah dengan imagologi untuk menguasai bawah sadar jiwa manusia-manusia yang hendak dijajahnya dalam era kebudayaan elektronik.
Penjajahan bentuk pertama adalah imperialisme kuno yang telah lama bangkrut karena besarnya perlawanan fisik bangsa terjajah. Penjajahan yang berlangsung saat ini adalah neo-imperialisme berupa penjajahan bentuk kedua dan ketiga. Yaitu dengan menyebarkan pemikiran-pemikiran menyesatkan yang dibungkus sedemikian rupa sehingga kelihatan baik untuk dijalankan. Diantaranya pemikiran demokrasi busuk dalam bidang politik, liberalisasi dan privatisasi dibidang ekonomi, pluralisme dan sekularisme dibidang agama dll, sehingga Bangsa-bangsa yang terjajah tidak menyadari bahwa penjajahan masih merongrong dan bercokol melalui perpanjangan tangan birokrasi dan peran negara yang sangat pro-negara imperialis dan semakin menyengsarakan rakyat.
Oleh karena itu permasalahan yang menimpa negeri ini bukanlah semata terletak pada kesalahan aparatur pemerintahan yang tidak amanah, akan tetapi lebih disebabkan kesalahan memilih sistem yang dijalankan untuk mengatur negara ini. Maka perubahan yang akan kita usung tersebut tidak cukup dengan hanya mengganti pemimpin2 saja (reformasi) tapi sistem yang diterapkan juga diruntuhkan lalu diganti dengan sistem yang baru (revolusi). Sekali lagi mengapa kita harus melakukan perubahan yang revolusioner karena hanya dengan revolusi kita akan mampu keluar dari keterpurukan ini. Diantara contohnya :
• Kebangkrutan di akidah; berbagai macam aliran sesat dan penodaan agama yang bermunculan saat ini bahkan sulit untuk diberantas dikarenakan sistem beragama di negara ini menganut pluralisme dan HAM yang membenarkan dan melindungi setiap kepercayaan. Jadi ini bukanlah semata kelambanan pemerintah yang memang sudah lamban.
• Kebangkrutan di bidang ekonomi; maraknya kebijakan ekonomi yang pro liberalisasi, privatisasi, menaikkan BBM, pencabutan subsidi dll yang sejatinya merugikan rakyat dikarenakan tuntutan sistem ekonomi liberal-kapitalis yang diterapkan saat ini. Sekali lagi ini bukanlah semata kesalahan pemerintah yang memang sudah salah.
• Kebangkrutan di bidang politik; KKN yang sudah jadi tren, kenaikan gaji dan tunjangan pejabat disaat rakyat menderita, pilkada yang ricuh, kasus suap dll disebabkan buah dari sistem demokrasi busuk yang dipakai oleh negara ini, jadi ini bukanlah sekedar ulah kebusukan para pejabat yang memang sudah busuk.
• Kebangkrutan di bidang moralitas; maraknya pornogafi, pornoaksi, pelacuran, pelecehan seksual, abrosi, pengidap HIV/AIDS yang terus meningkat dll dikarenakan sistem sosial Hak Asasi Manusia (HAM) yang diterapkan bangsa ini, jadi bukanlah semata lambannya pemerintah dalam memberantasnya sebab mereka juga menikmatinya menarik pajaknya bahkan menjadi pelanggan.
• Kebangkrutan di bidang pendidikan; rendahnya kualitas lulusan, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, mahalnya biaya pendidikan dll disebabkan sistem pendidikan sekuler-materialistik yang dijalankan. Jadi bukan semata ketidakbecusan pemerintah yang memang tidak becus mengurus pendidikan ini.
• Kebangkrutan di bidang hukum; meningkatnya angka criminalitas, narkoba, pemerkosaan, perampokan, kasus penipuan dll disebabkan sistem hukum buatan manusia (kafir penjajah) yang diterapkan bangsa ini, jadi bukan lemahnya aparat penegak hukum.
Sekarang sudah jelas bahwa mustahil kita menuntut bubarkan aliran sesat sedangkan ide HAM masih kita pakai, mustahil kita menuntut tolak kenaikan BBM tapi sistem liberal masih kita anut, mustahil kita berharap KKN diberantas sementara Demokrasi busuk ini masih kita percayai, mustahil kita berharap pornografi diberantas sementara ide HAM masih kita pakai, mustahil lulusan ber IPTEK dan IMTAQ kita peroleh kalau sistem pandidikan sekuler materialistik masih kita terapkan, mustahil kriminalitas dapat dicegah kalau sistem hukum kafir penjajah ini masih dijalankan.
khatimah
Walhasil akar persoalan negeri ini adalah diterapkannya sistem yang berlandaskan sekularisme(pemisahan agama di segala bidang). Maka sebagai solusi menuju kebangkitan, harus dilakukan perubahan secara aktif-mendasar dan revolusioner Yaitu dengan mengganti penguasa yang tidak amanah sekaligus sistem yang bobrok ini diganti dengan diterapkannya syariah islam diseluruh aspek kehidupan, baik dibidang politik pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, perundang-undangan, pergaulan bahkan militer. Sistem yang baik adalah berasal dari zat yang maha baik itulah syriah islam dengan institusi politiknya khilafah islamyah sedangkan penguasa yang baik adalah yang mau tunduk pada sistem tersebut.
Ada tiga alasan mengapa kita mesti memperjuangkan penegakan syariah Islam ini
Pertama, merupakan sebuah kewajiban sebagai mana firman Allah :
Siapa saja yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,mereka itulah orang-orang yang zhalim ( QS al-maidah 45)
Kedua, merupakan janji Allah firman Nya :
Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman dan beramal shaleh diantara kamu. Bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia redhai.dan Dia benar-benar mengubah keadaan mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Meraka tetap menyembahKu dan tidak mempersekutukanKu dengan sesuatupun. Tapi barang siapa yang kafir setelah janji itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik. ( QS an-nur 55)
Ketiga, Merupakan solusi, dalam surat al-a’raf ayat 96 allah berfirman :
sekiranya penduduk bumi beriman dan bertaqwa, niscaya kami akan menurunkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami sehingga kami siksa mereka karena perbuatannya itu.
Oleh karena itu perjuangan syariah Islam bukanlah suatu pilihan seorang muslim seperti pemahaman kebanyakan umat Islam sekarang, tapi merupakan kewajiban yang harus ditunaikan. perjuangan ini juga bukan sebuah khayalan atau mustahil tercapai seperti dikatakan kelompok anti islam bahkan juga umat islam yang pemalas dalam berjuang akan tetapi ini merupakan janji Allah yang pasti terwujud. Syari’at islam ini juga bukanlah sesuatu yang menakutkan, berbahaya sehingga mesti dihalangi seperti yang dikhawatirkan para Islamphobia akan tetapi Islam adalah rahmat dan solusi sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam ayatnya tadi.
Peran penting gema pembebasan dalam membangkitkan bangsa ini adalah meningkatkan taraf berpikir hingga masyarakat sadar dan bergerak bersama menuju kebangkitan berdasarkan akidah dan syariat Islam. Dengan kata lain, peran utamanya terletak pada bidang fikriyah (pemikiran/intelektualitas) dan siyasiyah (politik/pengurusan urusan rakyat). Gema pembebasaan berjuang untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan dan keterjajahan serta berupaya menjadikannya negara besar dan kuat yang mampu menyatukan dunia Islam dalam kekhilafahan. Akhirnya, kami mengajak berbagai komponen mahasiswa dan masyarakat untuk berjuang bersama menuju kebangkitan hakiki.

0 komentar:

Posting Komentar

teriakan suaramu disini!

Silaturahim

TERIAKANMU!!

Mengenai Saya

Foto saya
Secangkir kopi panas revolusi!

FEED

Copyright 2009 | magazineform Theme by templatemodif | supported by grafisae